Ini kisah sahabat zaman Khalifah Umar bin Khattab dan seorang pejabat yang menolak mendapatkan tunjangan. Padahal ia sudah bekerja keras dan gajinya pun tak seberapa. Pejabat itu bernama Abdullah bin Sa’di.
Pada awalnya Khalifah Umar tidak tahu ada salah satu bawahannya yang menolak tunjangan dan gaji yang jadi hak pejabat itu.
Namun, salah seorang pihak administratif memberi laporan, ada duit yang tersisa dan dana itu diberi keterangan untuk sedekah, untuk orang-orang miskin.
Umar pada awalnya berang. Ia lalu menemui orang itu untuk meminta konfirmasi.
“Wahai sahabatku, bukankah urusanmu begitu banyak. Engkau juga berhak mendapatkan tunjangan gaji,” tanya Khalifah Umar ketika sidak ke tempat ia bekerja
“Iya, tugasku mengabdi untuk rakyat, Wahai Amirul Mukminin,” jawabnya.
“Iya, tapi apa alasanmu tidak mau menerima gaji ini?” tanya Umar sekali lagi.
Sahabat itu diam sebentar.
“Wahai, Amirul Mukminin. Saya sudah cukup. Saya punya beberapa kuda, juga sedikit harta. Jika diperbolehkan, saya ingin gaji dan tunjangan itu untuk sedekah bagi mereka yang butuh, orang-orang miskin di sekitar kita,” jawabnya.
Umar pun tersenyum mendengar ketulusan itu.
“Janganlah berbuat begitu, Sahabatku,” kata Umar.
Ini kisah sahabat zaman Khalifah Umar bin Khattab dan seorang pejabat yang menolak mendapatkan tunjangan. Padahal ia sudah bekerja keras dan gajinya pun tak seberapa. Pejabat itu bernama Abdullah bin Sa’di.
Pada awalnya Khalifah Umar tidak tahu ada salah satu bawahannya yang menolak tunjangan dan gaji yang jadi hak pejabat itu.
Namun, salah seorang pihak administratif memberi laporan, ada duit yang tersisa dan dana itu diberi keterangan untuk sedekah, untuk orang-orang miskin.
Umar pada awalnya berang. Ia lalu menemui orang itu untuk meminta konfirmasi.
“Wahai sahabatku, bukankah urusanmu begitu banyak. Engkau juga berhak mendapatkan tunjangan gaji,” tanya Khalifah Umar ketika sidak ke tempat ia bekerja
“Iya, tugasku mengabdi untuk rakyat, Wahai Amirul Mukminin,” jawabnya.
“Iya, tapi apa alasanmu tidak mau menerima gaji ini?” tanya Umar sekali lagi.
Sahabat itu diam sebentar.
“Wahai, Amirul Mukminin. Saya sudah cukup. Saya punya beberapa kuda, juga sedikit harta. Jika diperbolehkan, saya ingin gaji dan tunjangan itu untuk sedekah bagi mereka yang butuh, orang-orang miskin di sekitar kita,” jawabnya.
Umar pun tersenyum mendengar ketulusan itu.
“Janganlah berbuat begitu, Sahabatku,” kata Umar.
Sumber : https://www.kompas.tv/article/212884/kisah-pejabat-menolak-tunjangan-gaji-semuanya-diberikan-untuk-sedekah?page=2