Sahabat Ṭalḥah bin ʻUbaidillah al-Taimī—raḍiyallahuʻanhu—adalah sahabat yang tidak diragukan lagi keutamaannya. Ia termasuk delapan orang paling awal masuk Islam. Ia juga di antara 10 orang yang dijanjikan masuk surga bersama al-Zubair dan yang lain. Sehingga ia pun ditarik menjadi anggota Syura Enam untuk memilih khalifah pengganti ʻUmar. Keheroikannya dalam memasang badan melindungi Rasulullah ﷺ pada Perang Uḥud membuatnya disebut, “Syahid yang berjalan dengan kedua kakinya.”
Selain itu, Ṭalḥah juga adalah seorang saudagar sukses dengan aset yang menginternasional. Bahkan, sebab keislamannya juga berhubungan dengan usaha dagangnya. Sebagai gambaran atas kekayaannya, Ibnu Sa’d dalam Ṭabaqāt-nya meriwayatkan, “Ṭalḥah bin ʻUbaidillah di Irak (tanahnya) berpenghasilan antara 400 ribu sampai 500 ribu. Di al-Sarāh, ia menghasilkan 10 ribu dinar, lebih sedikit atau lebih banyak. Dan di al-Aʻrāḍ (wadi-wadi sekitaran Madinah) ia punya beberapa penghasilan.”
Namun, kekayaannya tidak serta-merta membuatnya serakah atau sombong. “Ia tak membiarkan seorang dari Banī Taim pun yang membutuhkan,” riwayat tadi melanjutkan. “Kecuali ia telah mencukupi persediaannya dan keluarganya. Ia juga menikahkan yang belum menikah, dan memberi pembantu bagi yang berkeluarga. Ia juga melunaskan utang bagi orang yang terlilit. Ketika omsetnya sudah sampai, ia mengirimi ʻĀʻisyah 10 ribu setiap tahunnya. Ia juga melunasi 30 ribu dirham utang Ṣubaiḥah al-Taimī.”
Kedermawanannya tidak berhenti di sana. Masih banyak lagi amal filantropi yang ia lakukan. “Aku pernah menemani Ṭalḥah bin ʻUbaidillah ketika sedang safar dan menetap,” al-Sāʻib bin Yazīd bersaksi. “Aku belum pernah mengenal seorangpun yang lebih ringan tangan dengan dirham, sandang, dan pangan, dari Ṭalḥah!”
Selain amal-amal tadi, tentu saja sahabat yang semurah hati ini juga berwakaf, tema pokok kita. Setelah kecamuk Perang Żī Qard berlalu, Sayidina Ṭalḥah membeli sebuah mata air di dekat sana untuk keperluan akomodasi Nabi ﷺ dan pasukannya. Lalu setelahnya, ia mewakafkannya untuk musafir-musafir yang lewat di sana.
Inilah Sayidina Ṭalḥah, saudagar kaya dengan aset melimpah. Ia membuat sahabat-sahabat yang papa mengiri. Bukan karena kekayaannya, tetapi karena ia memborong semua amal kebaikan dengan hartanya. Itulah amal tak putus Ṭalḥah, sang syahid yang berjalan di muka bumi.
Yuk, dukung program Wakaf Mulia dengan berwakaf! Klik https://www.wakafmulia.org/program/
Penulis: Muhamad Syauqi Syahid, Mahasiswa Sejarah Universitas al-Azhar Kairo
Sumber & Referensi:
Al-Ṭabaqāt al-Kubrā, Ibn Saʻd
Siyar Aʻlām al-Nubalāʻ, al-Żahabī
Niẓām al-Waqf fī al-Islām, ʻAlī M. al-Zahrānī